Sabtu, 26 Desember 2009

26 Desember

Laut dan Ombak
Gambungan keduanya dapat memberi dampak yang berbeda bagi umat manusia,jika laut sedang bersahabat ombak dan keindahan pantainya dapat kita nikmati. Angin pantai yang segar, halusnya pasir putih yang terhampar serta hangatnya suhu dapat kita rasakan saat kita menginjakan kaki kita di pantai.

26 desember
kita semua ingat tanggal itu,dimana laut menunjukan keangkerannya. Karena gempa dahsyat yang terjadi jauh didasar lautan menimbulkan gelombang yang sangat tinggi yang menghantam daratan yang biasa disebut dengan tsunami. Kita ingat peristiwa itu sudah 5 tahun berlalu, stunami besar terjadi di bumi nagroe Aceh darusalam. Ratusan ribu manusia menjadi korban akan keganasan laut dan ombak yang dihari biasa kita bisa menikmatinya. Kita tidak sadar bahwa bencana setiap saat selalu menguntit kita, ada yang terlelap tidur,sibuk dipasar ataupun aktifitas laen yang jauh dari bibir pantaipun tidak bisa mengelak jika tsunami besar menggulung semua dilewatinya.
Tapi sejenak kita lupakan peristiwa memilukan itu, yang terpenting kita bisa menjaga laut dan menikmatinya. Dan yang diharapkan adalah peran serta Pemerintah dalam hal ini BMKG yang menjadi orang pertama akan dampak tsunami tersebut. Dengan adanya alat pendeteksi tsunami yang telah dipasang setidaknya pringatan dini akan dampak stunami bisa berfungsi dengan semestinya. Dan warga juga cepat tanggap akan peringatan bahaya dari instansi tersebut supaya lebih cepat mengambil tindakan menyelamatkan diri.

Semoga keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan yang maha esa ini bisa kita nikmati dan syukuri, dengan tidak melupakan bahwa ancaman bahaya juga bisa terjadi dimana saja. Setidaknya kita semua aware akan peristiwa yang mengguncang bangsa ini yang telah menjadi bencana alam dunia, dan semoga kita tidak mengalaminya lagi ,Amien...

Kamis, 24 Desember 2009

Taiko vs Rampak Tifa

Taiko
Salah satu Kesenian Jepang yang menampilkan permainan Taiko atau kendang, yang digunakan sebagai pembangkit semangat dalam perang. Genderang perang sudah ditabuh.



Rampak Tifa
Sudah diketahui ini berasal dari bumi cendrawasih Papua. Seni tradisional yang masih exist dikalangan warga papua pada umumnya. Ditampilkan saat menyambut tamu ataupun upacara-upacara adat yan masih berlansung saat ini. Exotics...


Rabu, 23 Desember 2009

Para priyayi


Sebuah buku karya Umar kayam
Salah satu penulis besar dinegeri ini yang dilahirkan di Ngawi,menulis tentang kehidupan sosial yang ada dimasyarakat jawa semasa kolonial. Kata priyayi disematkan bagi mereka yang memiliki status strata sosial penting dalam masyarakat serta dipandang agung.

Didalam buku ini juga digambarkan bagaimana seorang yang lahir dari anak seorang petani tulen yang dengan gigih berjuang untuk mendapatkan kehidupan lebih baik,dan yang pasti meningkatkan derajat kelas sebagai seorang priyayi. Dan itu diturunkan kepada keluarga meraka untuk lebih memaknai apa itu priyayi. Apakah Priyayi hanya sekedar status strata sosial,sekedar kasta ataupun lebih kepada pemikiran yang mencerminkan sebagai seorang priyayi.

Disini juga diuji apakah kita yang termasuk turunan priyayi sudah mempunyai pemikiran sebagai seorang priyayi. Kita sendiri yang bisa merasakan sejauh mana pemahaman kita memaknainya.

Dimulai oleh Sastrodarsono yang sebagai guru pada waktu itu membangun sebuah keluarga priyayi yang diusahakannya,karena dia tahu bahwa ia hanya turunan seorang petani. Dia juga membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk merubah sebuah kehidupan jika kita mampu berusaha dan mewujudkannya.
Silahkan dibaca....

Senja di Jogja

Jogja di senja Hari

Dokar alias Andong

Gedung BNI 46


Kantor Pos

Jalanan buat aksi Demo

Glonggong


Glonggong...

Kalau dalam bahasa indonesia disebut dengan pelepah daun pepaya, dalam bahasa jawa disebut glonggong. Jaman dahulu glonggong digunakan sebagai permainan yang menarik bagi anak-anak waktu itu sebagai replika pedang yang dibuat untuk bertarung. Tidak tahu apakah jaman sekarang masih terdapat permainan rakyat seperti ini. Seiring perkembangan sekarang anak-anak sudah dimanjakan berbagai permainan yang lebih modern,yang tidak menuntut mereka untuk kreatif dan juga berusaha.

Seperti yang diceritakan dalam buku ini,Glonggong yang bukan semata permainan biasa. Ada filosofi yang terkandung dibalik permainan ini. Semisal sebelum memulai permainan sebagai pemain harus berusaha mencari glonggong sendiri dengan memanjat pepaya serta memilih glonggong yang daunnya agak menguning. Kenapa?dengan daun menguning bukan hijau berarti glonggong tersebut sudah mulai keras dan lentur sehingga tidak mudah rusak atau patah jika dibuat beradu tanding dengan pemain yang lain. Itu menandakan jika kita memulai sesuatu kita harus ada usaha yang keras dan sungguh sehingga mampu mencapai tujuan kita,seperti halnya dalam memilih glonggong tadi.

Didalam buku ini yang mempunyai setting waktu jaman perlawanan pangeran Diponegoro melawan pemerintah Hindia Belanda yang lebih dikenal dengan perang Jawa. Diceritakan seorang anak kecil yang gemar bermain glonggong dan selalu menjadi pemenang sehingga dijuluki pendekar glonggong sampai waktu dewasa. Dan dengan ketangkasannya waktu itu dia mendapat tugas mulia sebagai pengawal logistic bagi pasukan perjuangan Pangeran Diponegoro. Dan senjatanya pun dia tidak berubah,tetap menggunakan glonggong tapi bukan glonggong beneran tapi glonggong tiruan yang menyerupai yang terbuat dari kayu khusus buatan Empu yang tersohor.

Disini juga banyak protes sosial dari kalangan atas atau biasa disebut dengan para Priyayi pada jaman waktu itu. Mulai dari kebiasaan main perempuan, berjudi ataupun perlakuan terhadap para istri yang sekiranya sudah tidak diinginkan lagi sehingga diusir dari rumah utama dan digantikan posisi dengan istri baru yang lebih muda dan lebih dalam memuaskan nafsu para priyayi tersebut. Sikap para priyayi inilah utamanya para punggawa kerajaan Mataram waktu itu yang membuat Raden Mas Ontowiryo atau lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro menyingkir dari dunia keraton yang hingar bingar tersebut. Ditambah lagi dengan intervensi dari pihak Belanda yang seolah menguasai semua kebijakan keraton. Yang mana semua kebijakan itu tidak ada yang pro terhadap rakyat miskin. Dan dengan itulah yang mendasari pergerakan Pasukan Diponegoro yang didukung masyarakat kecil melawan ketidak adilan.