Minggu, 14 Februari 2010

Perayaan Imlek 2010

Imlek

Sebuah perayaan pergantian tahun penanggalan kalender China dan dirayakan secara serentak warga Tiong Hoa yang ada diseluruh dunia. Perayaan hari imlek bertujuan sebagai forum silaturahmi bagi semua keluarga sehingga saling menjaga keutuhan keluarga atau marganya. Pesta kembang api serta kesenian china disuguhkan seperti Barong sai dan juga bagi - bagi Ang pao yang sudah menjadi tradisi disetiap perayaan Imlek ini.

Bagaimana dengan perayaan Imlek di Indonesia ini? Warga Tiong Hoa layak berterima kasih kepada seorang Gus dur atas Jasanya. Karena beliaulah yang menjadikan hari Imlek sebagai hari libur Nasional sehingga warga Tiong hoa bisa merayakannya dengan nyaman dan tanpa rasa takut karena telah diakui pemerintah. Mulai saat Gus dur memerintah sampai sekarang kebijakan itu tidak berubah, tetap menjadikan Imlek sabagai hari libur Nasional. Sebelum Gus dur memerintah, warga tiong hoa yang mana sebagai warga minoritas tapi sangat banyak yang memegang peranaan penting dalam sektor perokonomian negara ini,seringkali menjadi sasaran diskriminasi.

Kita masih ingat betul bagaimana saat kerusuhan (chaos)yang terjadi sepanjang tahun 1997-1998 lalu sebelum reformasi,dimana toko-toko dan apapun yang bebau Tiong hoa (china) menjadi sasaran penjarahan masyarakat karena ketimpangan kesejahteraan yang terjadi. Bukan hanya penjarahan, perusakan serta pelecehan seksual pernah dialami bagi warga minoritas ini . Dan kondisi buruk dan suram tersebut semoga tidak terjadi lagi dimasa-masa yang akan datang.
Dan Harapan warga Tiong hoa pun menemui harapan cerah saat pemerintahan Gus dus menjadikan perayaan Imlek sebagai hari libur Nasional. Dengan demikian hak-hak kaum minoritas ini menjadi lebih terlindungi dan sama kedudukan sebagai warga negara. Sebagaimana persamaan hak dan kewajiban warga negara Indonesia.

Pada awal - awal kemerdekaan kondisi para warga Tiong hoa ini lebih tidak mendapatkan tempat hukum dinegara ini. Bahkan kebijakan Negara pernah mengeluarkan yang pada dasarnya anti (diskriminasi) terhadap Tiong hoa. Akan tetapi kemudian kebijakan itu dicabut karena berpotensi sebagai sebuah senjata pembenaran dalam berbagai tindakan anarki masyarakat pada waktu itu. Dan sastrawan Pramoedya ananta Toer pun pernah menulis buku yang berisi protes terhadap kebijakan yang bertentangan dengan hak azasi manusia ini. Dan karena tulisan itulah sosok Pram menjadi sosok yang begitu dekat membela kaum minoritas ini.

Dari tahun ke tahun pun perkembangan dan perayaan imlek ini sudah menjadi hal yang lumrah dan bisa diterima masyarakat dengan tanpa adanya gesekan. Karena memang pluralisme dinegara indonesia tumbuh subur seiring bergantinya tahun.